Selasa, 24 Februari 2015

Demam Batu Giok, Aceh Ketatkan Aturan & Bangun Pusat Pasar

Demam Batu Giok, Aceh Ketatkan Aturan & Bangun Pusat Pasar
Tempo.co

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah merencanakan pembangunan pusat pasar batu mulia untk mendukung perekonomian daerah. Pusat pasar direncanakan berdiri di Paya Ilang, Takengon. Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut senang mendengarnnya.

Rencana itu disambut baik para pengusaha batu di daerah yg terkenal sebagai penghasil batu mulia jenis giok itu. "Kami mendukung upaya pemerintah itu supaya Takengon dikenal bukan hanya sebagai penghasil, tapi jg pusat pasarnya, "kata Idrus Saputra, Sekretaris Gayo Gemstone Assosiation, kepada Tempo, Senin, 23 Februari 2015.

Menurut dia, sejauh ini pemerintah Aceh Tengah telah mengeluarkan beberapa aturan melalui peraturan bupati tentang perdagangan batu mulia. Salah satunya ihwal pengenaan pajak atas giok yg dibawa ke luar daerah. Kemudian kewajiban supaya giok yg dibawa ke luar daerah tersebut tidak dalam bentuk bongkahan, tapi sudah berbentuk perhiasan, seperti cincin, gelang, kalung, & anting.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut senang mendengarnnya.

Bupati Aceh Tengah Nasaruddin mengatakan potensi batu mulia, terutama giok, sangat besar di daerahnya. sebab itu, potensi ini harus dikelola & dimanfaatkan dgn baik. "Jangan hanya menjadi daerah penghasil, tapi Aceh Tengah jg harus jd pasar batu mulia," katanya.

Menurut Nasaruddin, regulasi tersebut bertujuan menertibkan aktivitas seputar batu mulia & memberi nilai tambah terhadap potensi batu giok bagi masyarakat & daerah. "Banyak tenaga kerja dpt terserap, dari pencari atau pengumpul, pengolah, hingga pedagang."Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut senang mendengarnnya.

Nasaruddin mengatakan dampak penerapan regulasi ini adalah peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Dia berharap, jika pusat pasar batu sudah berjalan, transaksi tidak hanya dilakukan warga lokal, tapi juga dari luar daerah. dgn begitu, transaksi tersebut akan memberi dampak ekonomi yg baik. Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut senang mendengarnnya.

Demam Batu Giok Resahkan Ulama
Serambi Indonesia, Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

FENOMENA perburuan batu mulia & demam giok yg kini melanda Aceh, ternyata tidak luput dari perhatian ulama. Sebagian ulama melihat fenomena ini sebagai hal yg biasa saja, namun sebagian lainnya justru mulai resah & merasa khawatir. Pasalnya, ada yg meyakini bahwa batu-batu mulia tersebut mengandung berbagai ‘khasiat’, yg justru dikhawatirkan bisa merusak akidah.  Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.   

Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Drs Tgk H Ghazali Mohd Syam, misalnya, mengkhawatirkan kegandrungan masyarakat muslim di Aceh dgn batu giok & sejenisnya dpt mengarah kepada syirik. Apabila sudah dianggap batu tersebut memberi manfaat & mudharat.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

“sebab ada isu-isu dari beberapa yg mengatakan bahwa khasiat batu giok, & sejenisnya itu dpt meringankan azab kubur, ringan di padang mahsyar, & akan memperoleh kekayaan,” ujarnya menjawab Serambi, Kamis (29/1).Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

Sebab itu, kata Tgk Ghazali dalam hal ini MPU meminta supaya masyarakat muslim di Aceh tidak terpengaruh dgn hal-hal tersebut sebab dpt mengarah ke perbuatan syirik. Namun, apabila digunakan sebagai hiasan & jual beli maka tidak apa-apa.

Pembahasan tentang batu cincin jg sudah pernah dibahas dalam pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (25/1) malam. Tema yg diangkat tentang “Dosa-dosa Besar dalam Islam” yg kemudian dibukukan dgn judul “Tinta Emas Wartawan Syariah,” bersama tema-tema lainnya. Buku tersebut ditulis oleh Wartawan Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur & Arif Ramdan, serta Wartawan Analisa, Muhammad Saman.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

 Memakai cincin
Seperti yg tertulis dalam buku itu, pada tahun tersebut memakai cincin dgn hiasan batu dari beragam jenis jg sedang menjadi trendi sejumlah kalangan. Tidak jarang, banyak dari pecinta batu cincin itu memakai cincin di ke sepuluh jarinya. Bahkan tak jarang pula banyak yg percaya ada kekuatan (azimat) di dalam batu-batu cincin di jarinya.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

Menanggapi hal tersebut, alumnus Al Azhar Mesir, H Zul Anshary Lc yg mengisi pengajian tersebut mengatakan bahwa memakai cincin berhias batu yg sedang trend di Aceh akhir-akhir ini tidak bisa serta-merta dianggap sebagai perbuatan yg menjurus syirik. Banyak dari pecinta batu cincin itu memakainya hanya untk hiasan.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

TIDAK bisa dipungkiri bahwa demam batu giok sedang melanda negeri ini, tidak hanya para peminat atau para kolektor batu giok, tapi juga menyebar di semua kalangan masyarakat. Setiap tempat baik di kota maupun di kampung, sibuk membicarakan batu giok. Pembicaraan tentang giok pun tidak hanya terbatas di tempat penjualannya, tapi di tempat pemerintahan seperti perkantoran pun giok menjadi topik yg menarik untk diperbincangkan.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

Harga batu giok yg disebut-sebut bernilai jual tinggi, telah membuat semua mata tertuju padanya. Terutama para penambang & pengrajin batu. Mereka rela menempuh perjalanan sampai berhari-hari untk menemukan batu ini. Fenomena batu giok telah membuat banyak orang demam batu giok, mengingat bisnis ini mempunyai keuntungan besar bagi para pengrajin & pencari batu giok.

Seolah tidak ingin meninggalkan profesinya sebagai pengrajin giok, salah seorang pasien jantung setelah selesai dirawat di rumah sakit meminta selang oksigen untk dibawa pulang. Saya yg kebetulan merawat pasien tersebut berpikir bahwa mungkin selang tersebut akan dipakai lagi di rumah saat dia sesak nafas, saya pun memberikannya. Kemudian saat saya membuka selang infus, beliau pun jg memintanya untk dibawa pulang. Tentunya saya tidak memberikan sebab pemakaian infus hanya bisa digunakan sekali pakai. Saat saya menanyakan untk apa selang-selang tersebut, beliau menjawab untk membuat giok. Saya tidak habis pikir bahwa saat sakit pun beliau sempat-sempatnya memikirkan giok-giok itu.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

Sekarang diburu
Sungguh fenomena yg aneh zaman sekarang, batu yg dulunya tidak bernilai & sering digunakan untk pondasi rumah atau pengganjal pintu, sekarang diburu & dicari-cari. Bagaikan kembali ke masa prasejarah di zaman batu, dimana batu menjadi sesuatu yg sangat berharga. Bedanya zaman batu masa zaman prasejarah, batu diguankan alat pemotong, senjata & sebagai alat untk membuat peralatan lain sebab belum adanya teknologi.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

Sedangkan zaman batu sekarang, batu digunkan sebagai perhiasan & ladang bisnis untk mendptkan keuntungan yg besar. Sangking niatnya untk dijadikan perhiasan ada yg memakai batu giok sebagai cincin & dipakai ke sepuluh jari tangannya. Sehingga hal ini terkesan berlebih-lebihan dalam menggunkan perhiasan. Anehnya yg menggunakan perhiasan itu bukan para wanita, tapi para prialah yg tergila-gila dgn perhiasan giok ini.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

Lain lagi ada yg beranggapan bahwa batu giok sebagai azimat untk mengharap keberkatan atau sebab percaya ada kekuatan dalam batu tersebut, sehingga berujung ke perbuaatan syirik yg akan memperburuk & merusak akidah seseorang.Penjual batu Nagasui dan batu pancawarna klawing ikut mendukung hal tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar